Seputarkuningan.com – Pasca Jamparing Research (JR) menyampaikan hasil surveynya tidak sedikit parpol ketar-ketir. Ada yang parpolnya mentereng elektabilitasnya, tapi Capres-Cawapresnya turun dan ada pula yang sebaliknya.
Bagi Kana Kurniawan seorang pemerhati politik hukum, hsil tersebut tentu tidak mengejutkan. Karena hal ini merupakan data faktual-ilmiah, bukan rekaan. Data berdasarkan wawancara dengan berbagai kalangan dengan multistage random sampling.
” Melihat kondisi itu, saya memperkirakan akan terjadi ‘rasionalitas-kompromis’ dalam menghadapi pemilu 2019,” kata Kana kepada Seputarkuningan.com, Jumat (19/10/2018).
Kana menjelaskan, kenapa bisa terjadi hal tersebut karena bagi pendukung Capres/Cawapres Jokowi-KMA angka 27, 40 % merupakan angka yang tidak menggembirakan. Bagi PDIP sebagai pemenang pilkada Kuningan angka ini jadi catatan. Kemenangan pileg tidak sebanding dengan dukungan pilpres. Apakah mesin timses tidak berjalan atau memang strateginya yang tidak menyentuh lapisan masyarakat. Padahal didukung Golkar yg memperoleh 10,20 %, Demokrat 8,80 %, pkb 8,60 %, ppp 5,40 % dn nasdem 2,00 %.
Sebaliknya, kemenangan PAS bagi Gerindra dengan angka 50.8 % dan suara partainya di urutan kedua, 19.00%. Ini capaian yang di luar dugaan. Gerindra hanya cukup menjaga ritme sosialisasi PAS. Ditambah mitra koalisinya, PKS 14.20 % & PAN 5,00 % akan menambah daya untuk mensukseskan pilpres 2019.
” Melihat angka survey parpol pendukung kedua pasangan Capres/Cawapres yang perolehannya kecil. Baik Jokowi-KMA dan PAS akan memilih jalur realistis-kompromis. Bila melihat partainya terancam tidak memiliki perwakilan di parlemen, merekan akan memilih dua cara: keluar dri koalisi yang realistis dengan proyeksi besar di pileg 2019. Dan memilih berkompromi dengan koalisi ‘yang dianggap akan menang’. Atau tetap di koalisi dengan kecemasan pileg anjlok. Belum lagi persaingan dengan parpol baru,” papar Kana.
Bagi parpol-parpol baru dan prosentasenya kurang, lanjut Kana, mendukung kedua pasangan secara total, sepertinya bukan pilihan tepat. Energi mereka akan cepat habis. Padahal mereka harus konsentrasi penuh meyakinkan pemilih pemula yang belum menentukan pilihan agar dapat kursi. Cara kampanye digital khas milenial pastinya akan semakin menarik. Atau mencari ceruk besar dari suara mengambang di pilkada kemarin.
” Adu strategi parpol-parpol harus merujuk survey JR. masyarakat lebih suka caleg jujur dn bersih 37,60 %, agamis 23,20 %, merakyst 19,20 %, cerdas 9,00% peduli rakyat 7,00.
Dan harus diingat politik uang atau kedermawanan caleg hanya memperoleh 4,00 %. Jadi uang bukan satu alasan mutlak,” pungkas Kana. (Elly Said)