Seputar Kuningan
Hukum dan Kriminal Slider Terkini

Polisi Ungkap Kronologi Kematian Seorang Remaja Di Cirendang

Seputarkuningan.com – Polisi ungkap kronologi kematian seorang pelajar yang ditemukan tewas di area pemakaman Cirendang yang ditemukan pada Kamis (6/3/2025). Awalnya, kematian korban dianggap tidak wajar, sehingga polisi melakukan serangkaian pemeriksaan hingga autopsi terhadap jenazahnya. Pihak keluarga yang sebelumnya menolak dilakukan otopsi terhadap jenazah korban, akhirnya menijinkan pihak kepolisian untuk melakukan otopsi.
Kapolres Kuningan, AKBP Willy Andrian, mengungkapkan bahwa insiden ini berawal dari perang sarung antar kelompok remaja dari dua RT di Cirendang. Dalam bentrokan tersebut, pihak yang kalah berusaha melarikan diri. Namun, setelah situasi mereda, rekan-rekan korban menyadari bahwa korban tidak kembali bersama mereka.
Saat dilakukan pencarian, korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia di dekat pemakaman.

“Setelah kejadian perang sarung, teman-temannya mencari korban yang hilang. Namun, saat ditemukan, korban sudah meninggal dunia,” ujar AKBP Willy Andrian didampingi Kasat Reskrim AKP Nova Bhayangkara, Kasi Humas AKP Mugiyono, Kanit PPA Ipda Heru dan Kanit Inafis Iptu Wiyogi kepada awak media.

BACA : https://seputarkuningan.com/seorang-remaja-ditemukan-tewas-di-area-pemakaman-ada-luka-lebam/

Menindaklanjuti temuan tersebut, Sat Reskrim Polres Kuningan langsung melakukan penyelidikan lebih lanjut. Autopsi terhadap jenazah korban pun dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya. Dari hasil pemeriksaan forensik, ditemukan beberapa luka pada tubuh korban, seperti luka di dahi, lecet di pipi, serta luka di lengan. Namun, berdasarkan keterangan tim forensik, luka-luka tersebut tidak menyebabkan kematian.

“Hasil autopsi menunjukkan tidak ada tanda-tanda penganiayaan berat yang menyebabkan korban meninggal dunia. Tidak ditemukan luka memar pada wajah, kepala, atau badan yang mengindikasikan tindak kekerasan,” jelas  Willy.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, korban diduga terjatuh saat berusaha melarikan diri dari lokasi perang sarung. Meskipun demikian, kepolisian tetap mendalami kasus ini dengan melakukan pemeriksaan terhadap para saksi yang terlibat. Hingga saat ini, sudah ada 20 orang yang diperiksa sebagai saksi, mayoritas merupakan remaja yang ikut dalam perang sarung tersebut.

“Karena mereka masih di bawah umur dan masih sekolah, kami tetap memberikan kesempatan kepada mereka untuk melanjutkan pendidikan dengan didampingi orang tua. Kami juga berkoordinasi dengan UPTD PPA Kuningan serta akan menjalin komunikasi dengan KPAI Kabupaten Cirebon untuk pendampingan lebih lanjut,” ujar Willy.

Dalam kesempatan tersebut, Willy juga mengimbau kepada para orang tua dan tenaga pendidik untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anak di malam hari, khususnya di bulan Ramadan. Willy berharap para remaja lebih diarahkan ke kegiatan positif seperti mengaji dan belajar di rumah setelah salat tarawih, daripada berkeliaran di luar rumah yang berpotensi memicu tindakan negatif seperti tawuran atau perang sarung.

“Kami sangat berharap kejadian seperti ini tidak terulang. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam mengawasi anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam aktivitas yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Saya minta kerja samanya dari para orang tua untuk dapat mengawasi kegiatan anak-anaknya pada malam hari,” pungkas Willy. (Elly Said)

Leave a Comment