SCROLL UNTUK LANJUT MEMBACA
Example 325x300
SliderSosial BudayaTerkini

KONCI REFLESIKAN IDE-IDE GUS DUR

21
×

KONCI REFLESIKAN IDE-IDE GUS DUR

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Seputarkuningan.com – Mengenang dan menauladani sikap serta gagasan
almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sekelompok anak muda Kuningan yang
tergabung dalam Kolong Ciremai Institute (KONCI) menggelar “Refleksi Akhir
Tahun 2018 dan Haul Gus Dur ke-9”.
Acara itu dilaksanakan di Kedai
Kopi Villa Kampung Gunung Kuningan, akhir pecan lalu, menghadirkan dua pemantik
atau narasumber, yaitu Dedi Slamet Riyadi atau lebih akrab disapa Dedi Ahimsa
dan Arif Budiman. Kedua narasumber tersebut banyak terlibat di dunia literasi,
termasuk tentang Gus Dur.
Dedi Ahimsa adalah lulusan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini dia adalah Kepala KUA Kecamatan Lebakwangi
Kuningan. Di luar itu, dia juga aktif menerjemahkan beberapa buku dari Bahasa
Inggris dan Arab untuk penerbit nasional.
Seperti halnya Dedi, Arif Budiman
adalah lulusan S-1 dan S-2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini dia bekerja
sebagai staf dan dosen di Universitas Islam Al-Ihya sekaligus pegiat Konci.
Penelitiannya tentang Gus Dur dia selesaikan ketika mengakhiri masa S-1 di
Bandung. 
Koordinator Konci, Ceng Pandi
menerangkan, refleksi tersebut mengangkat tema “Pesan Gus Dur untuk Generasi
Milenial”. Menurutnya, penting kembali membaca dan merefleksikan ide-ide Gus
Dur, karena masih sangat relevan untuk diterapkan atau ditauladani oleh
generasi saat ini.
“Meskipun beliau sudah wafat
sembilan tahun silam, atau meskipun ide-idenya disampaikan puluhan tahun yang
lalu, tetapi tetap relevan untuk diterapkan saat ini,” kata Pandi.
Yang patut dicontoh oleh generasi
saat ini, lanjut dia, Gus Dur mampu menyelesaikan persoalan yang ada dalam
dirinya sendiri. Demi menjunjung tinggi kemanusiaan, Gus Dur rela atau seolah
tak peduli, berapa banyak orang mencela atau mengeritiknya. Bahkan, Gus Dur
tidak ragu untuk mengorbankan citra dirinya, hanya untuk membela korban yang
seharusnya dibela.
“Citra diri yang baik atau image
adalah barang mahal bagi siapapun, apalagi bagi politisi. Hal itu tidak berarti
bagi Gus Dur. Nah ini yang harus dicontoh oleh generasi saat ini. Jangan sampai
justru lebih menjaga image sendiri, dan bernaung dalam kemunafikan,” tuturnya.
Menurutnya, hal yang lebih penting
dicontoh dari Gus Dur, adalah kearifannya dalam menyikapi keberagaman yang
terjadi di masyarakat. Apapun perbedaan yang terjadi di masyarakat, disikapinya
dengan arif dan bijaksana. Hal itu jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat
ini, dimana perbedaan cenderung dibesar-besarkan sehingga memicu perpecahan.
“Dari Gus Dur kita juga belajar
bagaimana cara beragama yang baik melalui gagasan pribumisasi islamnya. Cara
ini adalah bagaimana kita beragama dengan tetap menjunjung tinggi budaya
sendiri,” tambahnya lagi.
Memilih tokoh bangsa sekaliber Gus
Dur sebagai bahan refleksi, Pandi beralasan, karena Desember, tepatnya tanggal
30 adalah bulan wafatnya Gus Dur. Menurutnya, sebagai bentuk penghormatan
generasi bangsa terhadap Guru Bangsa sekaligus Presiden RI Ke-4 tersebut, upaya
tersebut penting dilakukan, termasuk di Kabupaten Kuningan.
“Tidak hanya Gus Dur, kami bersama
teman-teman di Konci berupaya menghadirkan ide dan gagasan siapapun, termasuk
para pendahulu bangsa, yang relevan bagi kondisi berbangsa, beragama, dan
bermasyarakat saat ini,” tuturnya. ||(Elly Said)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan