Seputarkuningan.com – Kesenian tradisional semakin memprihatinkan seiring kemajuan teknologi. Keberadaanya di tengah masyarakat semakin dilupakan. Salah satunya adalah kesenian sintren. Indonesia merupakan negara paling banyak memiliki kesenian tradisional. Mulai dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki kesenian tradisional yang berbeda-beda.
Salah satu kesenian tradisional yang makin dilupakan salah satunya adalah kesenian sintren. Sintren merupakan kesenian tradisional yang berasal dari pesisir utara pantai Jawa Barat dan Jawa Tengah. Daerah persebaran kesenian ini di antaranya di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, Pekalongan dan juga Kuningan. Di Kuningan kesenian sintren ini dibawa oleh para pendatang dari Jawa Tengah yang kebetulan berbatasan dengan Kuningan.
Setelah 30 tahun kesenian Sintren menghilang, Kesenian Sintren dari Desa Tanjungkerta Kecamatan Karang Kancana Kabupaten Kuningan yang tergabung dalam grup Dara Ayu kembali mencoba bangkit memperkenalkan kesenian sintren kepada masyarakat.
Pimpinan Grup Dara Ayu Aan Rohanda mengatakan, kecintaannya kepada kesenian sintren ini yang membuat dirinya bersama para pemain yang masih tersisa mencoba membangkitkan kembali kesenian sintren ini.
” Setelah 30 tahun tenggelam, kesenian sintren ini kami coba hidupkan kembali. Kebetulan masih ada satu orang yang merupakan pemain sintren 30 tahun yang lalu,” kata Aan kepada Seputarkuningan.com usai pertunjukkan sintren di kediaman Gani’s Family Desa Margasari Kecamatan Luragung, Sabtu Malam (23/6/2018).
Sintren ini diiringi dengan alat musik tradisional yang terdiri dari rampak buyung dengan 9 buah buyung yang ditabuh, 2 buah ting tung alat musik yang terbuat dari bambu dan 2 buah lodong bambu panjang. Kemudian, kata Aan, penari akan menari dalam keadaan tidak sadar mengikuti musik tradisional dengan lagu yang dilantunkan hampir 99% berbahasa Jawa.
Aan menambahkan, grup Dara Ayu ini baru sekitar 2 bulan kembali membangkitkan kesenian sintren yang ada di Kuningan. Selain di Desa Tanjungkerta, ujar Aan, kesenian sintren ini juga ada di Desa Dukuh Badag Kecamatan Cibingbin.
Aan berharap, dengan dibangkitkannya kembali kesenian sintren ini dapat dijadikan salah satu upaya untuk melestarikan kesenian tradisional dan anak cucu mendatang dapat mengenal kesenian sintren tidak hanya sebatas nama belaka.
” Mudah-mudahan kesenian sintren dari Desa Tanjung Kerta ini dapat perhatian dari pemerintah daerah. Paling tidak kami bisa diundang dalam acara yang diadakan oleh pemerintah daerah untuk lebih memperkenalkan kesenian sintren ini,” harap Aan. (Elly Said)